PERKEMBANGAN PENTING SEPUTAR MANUSIA FLORES
MANUSIA FLORES BUKANLAH SATU SPESIES TERSENDIRI YANG TERPISAH DARI HOMO SAPIENS...
Kami telah menanggapi pernyataan-pernyataan yang dilontarkan berkenaan dengan penemuan Manusia Flores yang mengundang perhatian media yang sedemikian mendunia. Sejumlah tanggapan balik yang terbaru dari dunia ilmiah membenarkan tanggapan kami tersebut.
Teuku Jacob
Tokoh penting yang melontarkan pandangannya adalah paleoantropolog Indonesia, Teuku Jacob. Teuku Jacob adalah seorang evolusionis dan kepala laboratorium paleoantropologi, Universitas Gadjah Mada. Lembaga tersebut dikenal menyimpan banyak fosil yang ditemukan dalam batas wilayah Indonesia dan dikaitkan dengan evolusi manusia yang bersifat rekaan itu. Oleh karenanya, perkataan Teuku Jacob secara khusus penting dalam menyanggah skenario evolusionis seputar Homo floresiensis.
Pernyataan pers yang diedarkan oleh kantor berita AFP dengan judul “Indonesian scientist says Flores hominid not new species" ("Ilmuwan Indonesia mengatakan hominid Flores bukan spesies baru"), berbunyi:
Seorang ilmuwan terkemuka Indonesia menentang teori yang telah dipublikasikan secara luas bahwa rangka fosil yang ditemukan di pulau di bagian timur, Flores, adalah dari satu spesies manusia yang sebelumnya tidak diketahui. Profesor Teuku Jacob, palaeontolog terkemuka dari Universitas Gadjah Mada, akan melakukan sejumlah pengujian untuk membuktikan bahwa fosil-fosil tersebut berasal dari satu sub-spesies dari Homo sapiens – “seorang manusia biasa, persis seperti kita”.
“Ini bukanlah satu spesies baru. Ini adalah satu sub-spesies dari Homo sapiens yang digolongkan ke dalam ras Australomelanesid. Jika bukan satu spesies baru, mengapa ia diberi sebuah nama baru?” kata sang profesor. (i)
Sebagai rangkuman, para evolusionis menggunakan ukuran otak yang lumayan kecil dari H. floresiensis untuk menampilkannya sebagai satu spesies terpisah. Akan tetapi, Teuku Jacob menyatakan bahwa volume otak yang kecil ini mungkin merupakan suatu tanda kelainan mental daripada sekedar bukti yang menyatakannya sebagai satu spesies terpisah. (Teuku Jacob juga seorang pakar di bidang patologi.) Selain itu, proses dwarfisme yang diperkirakan menjadi penyebab ukuran otak yang kecil pada Manusia Flores ini juga ditemukan pada ras-ras manusia lain. Teuku Jacob menekankan bahwa dwarfisme semacam itu tidak hanya dapat ditemukan di Flores, tapi juga di Central Mountain, Papua dan Andaman, Aceh. Fakta bahwa dwarfisme dikenal pada ras-ras manusia lainnya memberikan petunjuk baru tentang kekeliruan menetapkan H. floresiensis sebagai suatu "spesies" terpisah berdasarkan dwarfisme tersebut.
Di saat yang sama, sebuah laporan di situs internet harian Jakarta Post berjudul “Indonesian experts deny ‘Flores Man' fossil claim” ("Pakar Indonesia Menyanggah Pernyataan tentang Fosil 'Manusia Flores'") melaporkan pandangan serupa yang dianut oleh Harry Widianto dari Lembaga Arkeologi Yogyakarta. Widianto menyatakan bahwa manusia Flores hanyalah subspesies dari H. sapiens, dengan kata lain suatu ras manusia modern. Ia juga menegaskan bahwa fosil-fosil ini seharusnya dinamakan H. sapiens floresiensis. (ii)
Tidak hanya ilmuwan Indonesia yang mengungkapkan kesalahan penetapan Manusia Flores sebagai satu spesies terpisah. Dalam sisipan edisi Ahad harian berbahasa Turki Hürriyet, pakar antropologi dari Hacettepe University, Profesor Metin Özbek, juga menyanggah pernyataan tersebut, yang tengah dipopulerkan di media massa, bahwa manusia Flores adalah suatu spesies terpisah. Professor Özbek berkata:
Pernyataan bahwa penemuan ini akan memunculkan revolusi di bidang antropologi agak dibesar-besarkan. Saya tidak tahu seberapa akurat untuk menganggap kerangka yang ditemukan di pulau Flores sebagai suatu spesies yang terpisah sama sekali. Itu mungkin satu variasi ras dari H. sapiens. Fakta bahwa otaknya kecil dan tubuhnya pendek adalah menarik, akan tetapi semua ini juga telah ada pada orang pigmi. Microcephaly (otak berukuran kecil) adalah sebuah fenomena yang sudah dikenal. (iii)
KESIMPULAN:
Pernyataan sejumlah ahli seperti Teuku Jacob, Widianto dan Özbek adalah pengulangan yang sama dari butir-butir utama tanggapan kami seputar Manusia Flores.
Upaya untuk menampilkan fosil-fosil Manusia Flores sebagai satu spesies tersendiri yang terpisah dari manusia modern tidaklah didasarkan pada alasan ilmiah dan tidak memberikan dukungan apa pun bagi teori evolusi.
Penetapan "spesies terpisah" Manusia Flores yang digagas oleh sejumlah evolusionis namun ditentang oleh evolusionis lain merupakan fakta yang sekali lagi menyingkap ketidakpastian yang menyelimuti pernyataan-peryataan evolusi seputar fosil-fosil tersebut.
i “Indonesian scientist says Flores hominid not new species”, AFP Science by Yahoo, http://story.news.yahoo.com/news?tmpl=story&cid=1539&e=3&u=/afp/20041106/sc_afp/indonesia_science_palaeontology_041106133524 ii “Indonesian experts deny 'Flores man' fossil claim”, The Jakarta Post Online, 5 November 2004iii Ezgi Basaran, “Floresli kadin için Türk bilim adamlari ne diyor?”,
PERKEMBANGAN PENTING SEPUTAR MANUSIA FLORES
MANUSIA FLORES BUKANLAH SATU SPESIES TERSENDIRI YANG TERPISAH DARI HOMO SAPIENS...
Kami telah menanggapi pernyataan-pernyataan yang dilontarkan berkenaan dengan penemuan Manusia Flores yang mengundang perhatian media yang sedemikian mendunia. Sejumlah tanggapan balik yang terbaru dari dunia ilmiah membenarkan tanggapan kami tersebut.
Teuku Jacob
Tokoh penting yang melontarkan pandangannya adalah paleoantropolog Indonesia, Teuku Jacob. Teuku Jacob adalah seorang evolusionis dan kepala laboratorium paleoantropologi, Universitas Gadjah Mada. Lembaga tersebut dikenal menyimpan banyak fosil yang ditemukan dalam batas wilayah Indonesia dan dikaitkan dengan evolusi manusia yang bersifat rekaan itu. Oleh karenanya, perkataan Teuku Jacob secara khusus penting dalam menyanggah skenario evolusionis seputar Homo floresiensis.
Pernyataan pers yang diedarkan oleh kantor berita AFP dengan judul “Indonesian scientist says Flores hominid not new species" ("Ilmuwan Indonesia mengatakan hominid Flores bukan spesies baru"), berbunyi:
Seorang ilmuwan terkemuka Indonesia menentang teori yang telah dipublikasikan secara luas bahwa rangka fosil yang ditemukan di pulau di bagian timur, Flores, adalah dari satu spesies manusia yang sebelumnya tidak diketahui. Profesor Teuku Jacob, palaeontolog terkemuka dari Universitas Gadjah Mada, akan melakukan sejumlah pengujian untuk membuktikan bahwa fosil-fosil tersebut berasal dari satu sub-spesies dari Homo sapiens – “seorang manusia biasa, persis seperti kita”.
“Ini bukanlah satu spesies baru. Ini adalah satu sub-spesies dari Homo sapiens yang digolongkan ke dalam ras Australomelanesid. Jika bukan satu spesies baru, mengapa ia diberi sebuah nama baru?” kata sang profesor. (i)
Sebagai rangkuman, para evolusionis menggunakan ukuran otak yang lumayan kecil dari H. floresiensis untuk menampilkannya sebagai satu spesies terpisah. Akan tetapi, Teuku Jacob menyatakan bahwa volume otak yang kecil ini mungkin merupakan suatu tanda kelainan mental daripada sekedar bukti yang menyatakannya sebagai satu spesies terpisah. (Teuku Jacob juga seorang pakar di bidang patologi.) Selain itu, proses dwarfisme yang diperkirakan menjadi penyebab ukuran otak yang kecil pada Manusia Flores ini juga ditemukan pada ras-ras manusia lain. Teuku Jacob menekankan bahwa dwarfisme semacam itu tidak hanya dapat ditemukan di Flores, tapi juga di Central Mountain, Papua dan Andaman, Aceh. Fakta bahwa dwarfisme dikenal pada ras-ras manusia lainnya memberikan petunjuk baru tentang kekeliruan menetapkan H. floresiensis sebagai suatu "spesies" terpisah berdasarkan dwarfisme tersebut.
Di saat yang sama, sebuah laporan di situs internet harian Jakarta Post berjudul “Indonesian experts deny ‘Flores Man' fossil claim” ("Pakar Indonesia Menyanggah Pernyataan tentang Fosil 'Manusia Flores'") melaporkan pandangan serupa yang dianut oleh Harry Widianto dari Lembaga Arkeologi Yogyakarta. Widianto menyatakan bahwa manusia Flores hanyalah subspesies dari H. sapiens, dengan kata lain suatu ras manusia modern. Ia juga menegaskan bahwa fosil-fosil ini seharusnya dinamakan H. sapiens floresiensis. (ii)
Tidak hanya ilmuwan Indonesia yang mengungkapkan kesalahan penetapan Manusia Flores sebagai satu spesies terpisah. Dalam sisipan edisi Ahad harian berbahasa Turki Hürriyet, pakar antropologi dari Hacettepe University, Profesor Metin Özbek, juga menyanggah pernyataan tersebut, yang tengah dipopulerkan di media massa, bahwa manusia Flores adalah suatu spesies terpisah. Professor Özbek berkata:
Pernyataan bahwa penemuan ini akan memunculkan revolusi di bidang antropologi agak dibesar-besarkan. Saya tidak tahu seberapa akurat untuk menganggap kerangka yang ditemukan di pulau Flores sebagai suatu spesies yang terpisah sama sekali. Itu mungkin satu variasi ras dari H. sapiens. Fakta bahwa otaknya kecil dan tubuhnya pendek adalah menarik, akan tetapi semua ini juga telah ada pada orang pigmi. Microcephaly (otak berukuran kecil) adalah sebuah fenomena yang sudah dikenal. (iii)
KESIMPULAN:
Pernyataan sejumlah ahli seperti Teuku Jacob, Widianto dan Özbek adalah pengulangan yang sama dari butir-butir utama tanggapan kami seputar Manusia Flores.
Upaya untuk menampilkan fosil-fosil Manusia Flores sebagai satu spesies tersendiri yang terpisah dari manusia modern tidaklah didasarkan pada alasan ilmiah dan tidak memberikan dukungan apa pun bagi teori evolusi.
Penetapan "spesies terpisah" Manusia Flores yang digagas oleh sejumlah evolusionis namun ditentang oleh evolusionis lain merupakan fakta yang sekali lagi menyingkap ketidakpastian yang menyelimuti pernyataan-peryataan evolusi seputar fosil-fosil tersebut.
i “Indonesian scientist says Flores hominid not new species”, AFP Science by Yahoo, http://story.news.yahoo.com/news?tmpl=story&cid=1539&e=3&u=/afp/20041106/sc_afp/indonesia_science_palaeontology_041106133524 ii “Indonesian experts deny 'Flores man' fossil claim”, The Jakarta Post Online, 5 November 2004iii Ezgi Basaran, “Floresli kadin için Türk bilim adamlari ne diyor?”, www.hurriyetim.com.tr, 7 November 2004
Rabu, 02 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar